Minggu, 28 September 2025  07:41:09

Laporan Kegiatan


blog-img

Analisis Distribusi dan Tren Hasil Pemeriksaan Spesimen Demam Berdarah Dengue di Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu Tahun 2023-2024

Administrator | Surveilans Epidemiologi

Demam Berdarah Dengue (DBD) tetap menjadi salah satu ancaman kesehatan masyarakat secara global yang paling signifikan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa setiap tahunnya terdapat 100-400 juta infeksi virus Dengue di seluruh dunia, meskipun sebagian besar kasus bersifat asimtomatik atau bergelaja ringan namun jutaan kasus lainnya memerlukan penanganan rawat inap dan puluhan ribu kasus berakibat fatal (WHO, 2024a).

Perubahan iklim yang memicu curah hujan ekstrem dan peningkatan suhu global turut memperluas jangkauan geografis nyamuk penular DBD, sehingga wilayah yang sebelumnya tidak endemis kini berisiko tinggi terjadi peningkatan kasus DBD (WHO, 2023). Data terbaru menunjukkan bahwa telah dilakukan upaya pengendalian, insidensi global DBD masih menjadi perhatian serius, terutama ditengah tantangan fragmentasi layanan kesehatan akibat pandemi dan krisis ekonomi (Stanaway, Jeffrey D., et al., 2023).

Data lima tahun terakhir menunjukkan fluktuasi kasus DBD di Indonesia, namun tren peningkatan seringkali terlihat pada periode tertentu. Pada tahun 2020, 1 Kemenkes RI mencatat adanya lonjakan kasus yang cukup signifikan di beberapa provinsi (Kemenkes RI, 2021). Meskipun sempat sedikit menurun pada tahun 2021, kasus kembali meningkat di tahun 2022 dan 2023 dengan puncaknya sering terjadi pada awal hingga pertengahan tahun (Kemenkes RI, 2023).

Kondisi ini sejalan dengan situasi di Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu yang secara konsisten melaporkan kasus DBD setiap tahunnya dengan beberapa kabupaten/kota menjadi fokus utama. Meskipun ada fluktuasi, tren kasus cenderung stabil hingga sedikit meningkat pada tahun 2022 dan 2023 dengan puncak kasus biasanya terjadi pada musim hujan (Dinkes Sumsel, 2023). Data sementara tahun 2024 juga mengindikasikan bahwa DBD masih menjadi perhatian serius di provinsi ini (Dinkes Sumsel, 2024).

Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu menunjukkan adanya kasus DBD yang signifikan setiap tahunnya dalam periode 2020-2024. Pada tahun 2020, Bengkulu juga mencatat beberapa Kejadian Luar Biasa untuk kasus DBD di tingkat kabupaten/kota (Dinkes Bengkulu, 2021). Kasus-kasus DBD terus dilaporkan pada tahun-tahun berikutnya dengan puncak insidensi yang sering kali bertepatan dengan musim hujan (Dinkes Bengkulu, 2023). Meskipun jumlah kasus mungkin tidak setinggi provinsi dengan populasi yang sangat padat, insidensi per kapita tetap menjadi perhatian (Dinkes Bengkulu, 2024).

Dalam kondisi ini, kedua provinsi tersebut sangat terbantu dengan adanya Sistem Surveilans Sentinel Demam Berdarah Dengue (S3D). Data yang dikumpulkan melalui S3D di Balai Laboratorium Kesehatan Masyarakat Palembang dapat memberikan gambaran lebih spesifik mengenai serotipe virus yang dominan, kelompok usia yang paling terdampak, serta tren keparahan penyakit di tingkat lokal. Informasi ini krusial untuk merancang intervensi yang lebih tepat sasaran, baik dalam hal pencegahan, deteksi dini, maupun manajemen kasus DBD di kedua provinsi.

Sistem Surveilans Sentinel Demam Berdarah Dengue (S3D) adalah sistem pengawasan penyakit vital yang mengumpulkan data spesifik dari sejumlah lokasi terpilih (sentinel) berdasarkan data kasus Demam Berdarah Dengua yang ditemukan pada tahun sebelumnya untuk memberikan gambaran yang lebih dalam tentang epidemiologi Demam Berdarah Dengue dibandingkan surveilans rutin. Sistem ini bertujuan untuk mendapatkan informasi berkualitas tinggi mengenai pola penularan, serotipe virus yang beredar, tingkat keparahan penyakit, dan keberhasilan intervensi kesehatan masyarakat secara cepat (KemenKes RI, 2021).

Dalam pelaksanaannya S3D melibatkan rumah sakit, puskesmas, atau laboratorium rujukan yang bertindak sebagai lokasi sentinel. Petugas kesehatan di lokasi ini dilatih untuk mengidentifikasi kasus DBD sesuai definis standar, mengumpulkan data pasien, dan mengambil sampel biologis untuk konfirmasi laboratorium. Data yang terkumpulkan ini kemudian dianalisis secara terpusat untuk mengidentifikasi tren dan pola epidemiologi. S3D sangat penting dalam upaya pencegahan dan pengendalian DBD karena menyediakan data berkualitas tinggi yang mendukung pengambilan keputusan berbasis bukti yang pada akhirnya berkontribusi pada penurunan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit ini. (WHO, 2023).

Virus Dengue (DENV) merupakan virus penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD) dan bukanlah satu entitas tunggal, melainkan terdiri dari empat serotipe yang berbeda secara antigenik, yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4. Keempat serotipe ini memiliki kesamaan genetik, namun perbedaan pada protein permukaan virus membuat sistem kekebalan tubuh mengenali  masing-masing serotipe secara spesifik.

Studi di Indonesia menunjukkan bahwa serotipe yang dominan dapat bervariasi dari waktu ke waktu dan di setiap wilayah geografis. Pemahaman mengenai serotipe yang beredar sangat krusial untuk pengembangan vaksin dengue tetravalen yang dapat melindungi terhadap keempat serotipe, strategi surveilans, serta respons cepat dalam menghadapi wabah (Hendarsin dan Adnan, 2025). Oleh karena itu, BLKM Palembang melaksanakan kegiatan Surveilans Sentinel Dengue di Wilayah Binaannya,khususnya Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu.

Selama pelaksanaan kegiatan ini, spesimen yang diterima oleh Balai Laboratorium Kesehatan Masyarakat Palembang dalam periode tahun 2023 dan 2024, mencapai 534 spesimen yang berasal dari kedua provinsi. Distribusi sampel pada dua periode tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

 

1

Gambar 1. Jumlah Spesimen Dengue yang Diterima pada Tahun 2023-2024

 

Berdasarkan visualisasi diagram batang, terlihat bahwa pada tahun 2023 jumlah sampel yang diterima mencapai 272 spesimen yang direpresentasikan oleh batang berwarna biru muda. Semantara itu, pada tahun berikutnya yaitu 2024 jumlah spesimen yang diterima sedikit mengalami penurunan, berada diangka 262 spesimen yang direpresentasikan oleh batang berwarna biru tua. Penurunan kecil ini mungkin dipengaruhi oleh sejumlah faktor operasional, seperti keterbatasan tenaga kesehatan atau teknisi laboratorium di fasilitas kesehatan pengirim sampel yang dapat menghambat alur pengumpulan dan pengiriman spesimen (Kemenkes RI, 2024).

Perbandingan jenis kelamin suspek DBD dari total 534 sampel spesimen yang diterima Balai Laboratorium Kesehatan Masyarakat Palembang dari Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu selama periode 2023-2024 menunjukkan distribusi jenis kelamin yang tidak seimbang seperti yang terlihat pada Gambar 2.

2

Gambar 2. Distribusi Jenis Kelamain Suspek DBD

Mayoritas responden adalah perempuan dengan proporsi mencapai 57,5% sedangkan responden laki-laki berkontribusi sebesar 42,5%. Proporsi yang lebih tinggi pada jenis kelamin suspek DBD perempuan ini mengindikasikan bahwa kegiatan pengumpulan spesimen cenderung melibatkan partisipasi perempuan lebih banyak, baik karena karakteristik populasi target, strategi sampling yang diterapkan, maupun tingkat kesediaan berpartisipasi yang lebih tinggi dari perempuan di wilayah tersebut.

Berdasakan gambar 3 distribusi 534 suspek DBD dari Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu selama periode tahun 2023-2024 menunjukkan variasi usia yang cukup beragam dengan kelompok umur dewasa menjadi katagori paling dominan sebesar 33,5%. Disusul oleh kelompok umur anak-anak yang menyumbang 21,9% dan remaja dengan 18,9%. Sementara itu, kelompok balita mengisi 13,5%. Penting untuk menjadi catatan bahwa terdapat pula 12,2 % yang kategorinya tidak diketahui.

3

Gambar 3. Distribusi Kelompok Umur Suspek DBD

Distribusi suspek Demam Berdarah Dengue (DBD) pada tahun 2023 di Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu menunjukkan pola sebaran geografis yang bervariasi seperti yang tampak pada Gambar 4.

4

Gambar 4. Distribusi Suspek DBD Berdasarkan Kabupaten/Kota Tahun 2023

 

Kabupaten Muara Enim menjadi penyumbang terbesar, yaitu 61 sampel, diikuti Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) 52 sampel, Kabupaten OKU Timur dan Kabupaten Bengkulu Selatan masing-masing 40 sampel, Kabupaten Prabumulih 38 sampel, Kabupaten Ogan Ilir 28 sampel, dan Kota Palembang sebagai kontributor terendah dengan 13 sampel.

Kondisi di atas berbeda dengan tahun 2024, dimana terdapat perubahan signifikan dalam distribusi sampel dibandingkan tahun sebelumnya yang terlihat pada Gambar 5.

5

Gambar 5. Distribusi Suspek DBD Berdasarkan Kabupaten/Kota Tahun 2024

 

Kota Palembang yang pada tahun 2023 menjadi penyumbang sampel terendah, di tahun 2024 melonjak drastis menjadi kontributor tertinggi dengan 95 sampel. Lonjakan ini menunjukkan peningkatan intensitas pengambilan sampel di area perkotaan. Pergeseran dinamika ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, adanya peningkatan kapasitas surveilans laboratorium di perkotaan, termasuk pelibatan rumah sakit sebagai sentinel yang lebih aktif pada tahun 2024. Kedua, perubahan kebijakan atau strategi pengendalian DBD di daerah dapat memengaruhi pola pengiriman sampel. Ketiga, faktor mobilitas dan kepadatan penduduk di perkotaan juga berkontribusi pada meningkatnya kasus suspek DBD sehingga memicu peningkatan pengambilan sampel. Sebaliknya, menurunnya kontribusi dari kabupaten lain dapat menunjukkan keterbatasan sumber daya, serta adaptasi strategi pengambilan spesimen antar wilayah pada tahun 2024. Oleh karena itu, diperlukan penguatan surveilans dan respon cepat melalui pemantauan berbasis laboratorium seperti S3D, terutama di wilayah yang menunjukkan kasus positif dan keberagaman serotipe tinggi.

Bagikan Ke:

Populer