Indonesia merupakan negara yang berkembang, masalah kesehatan utama yang di hadapi Indonesia antara lain adalah penyakit menular. Indonesia saat ini masih tetap menghadapi permasalahan pengendalian penyakit menular dan munculnya re-emerging disease, serta adanya kecenderungan meningkatnya penyakit tidak menular. Pengendalian berbagai penyakit menular sampai saat ini masih menemui kendala, salah satunya adalah pengendalian dan pemberantasan penyakit filariasis atau kaki gajah yang harus dilakukan seluas wilayah kabupaten/kota. Penanganan telah dilakukan namun dikarenakan kendala yang ada mengakibatkan hasilnya belum maksimal.
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria yang menyerang saluran/pembuluh dan kelenjar getah bening. Penyakit filariasis ini tidak menimbulkan kematian, namun berdampak terhadap penurunan produktifitas dan permasalahan sosial bagi penderita dan keluarganya. Penderita filariasis kronis yang telah mengalami kecacatan menimbulkan stigma negatif bagi penderita dan keluarganya.
Endemisitas filariasis ditentukan berdasarkan hasil survey darah jari (SDJ) terhadap 300 penduduk di kabupaten/kota yang ditemukan kasus kronis filariasis. Berdasarkan hasil SDJ tersebut bila prevalensi mikrofilaria (Mf rate) pada penduduk yang diperiksa >1% maka seluruh penduduk di wilayah kabupaten tersebut harus melakukan kegiatan POPM filariasis selama 5 tahun berturut-turut. Setelah 5 tahun pengobatan maka akan dilakukan evaluasi terhadap kegiatan pengobatan tersebut melalui kegiatan survei evaluasi prevalensi mikrofilaria. Bila hasil Pre-TAS, prevalensi mikrofilaria kurang dari 1 % (mf rate< 1 % dari jumlah responden), daerah tersebut (kab./kota) dapat melanjutkan ke tahap eliminasi filariasis berikutnya yakni Transmission Assessment Survey (TAS).
Salah satu pemeriksaan yang dapat di lakukan adalah apusan darah tepi. Metode ini akan mengambil darah ujung jari seseorang di malam hari pada pukul 22.00 – 02.00 WIB darah tersebut kemudian di beri pewarna tertentu dan di lihat di mikroskop laboratorium di BTKLPP Palembang. Hasil dari pemeriksaan SDJ pada tanggal 9 Oktober 2023 Desa Labuh Air Pandan sebanyak 21 orang dan Desa Penagan sebanyak 20 orang di temukan masing-masing 2 orang positif filariasis semua berjenis kelamin laki-laki.
I. Pendahuluan
Poliomyelitis atau polio...
Penyakit covid-19 bukan hanya berdampak...
Pertusis atau “batuk rejan”...
BTKLPP Kelas I Palembang...